Welcome to Staf Perencanaan Satuan I Gegana, Jalan Komjen M Jasin Kelapadua Depok 16451 Contact (021) 8712666 Email rengegana@gmail.com

Tuesday 16 August 2016

Dirgahayu Kemerdekaan RI


Tujuh belas Agustus tahun empat lima,.
Itulah hari Kemerdekaan kita,.
Hari Merdeka Nusa dan Bangsa,.
Hari Lahirnya Bangsa Indonesia,. Merdeka

Masih ingat lagu wajib diatas.?
Zaman kecil dulu setiap menjelang tanggal 17 Agustus, lagu itu terus diputar, entah di sekolah, di lapangan-lapangan yang ngadain perlombaan, bahkan ada juga di kampung-kampung sebagai penyemangat saat kerja bhakti berlangsung, sungguh meriah dan penuh keceriaan.
Tidak ada di hari-hari lain kecuali pas bulan Agustus para warga ngecat Gapura, ngecat jalan, bahkan tong sampah juga dicat hahaha...hmm warga siapa ya.?
Tidak ada di hari-hari lain para warga memasang umbul-umbul dengan sukarela, penuh sukacita bahkan rela merogoh kocek sendiri (nasib gak kebagian umbul-umbul dan tiangnya)
Tidak ada di hari lain lomba balap karung, makan kerupuk, masukin bolpen ke dalam botol, tangkap belut, panjat pinang, lari kelereng dengan sendok..
Dan tidak ada di hari lain "Bapak-bapak" yang gagah memakai daster istrinya sebagai syarat pertandingan sepak bola,,hahaha...hayooo...sapa yang demen nih acara.?

Kenapa sih masyarakat di Indonesia sangat bersuka ria menyambut hari Kemerdekaan.?
Secara Teoritis, yang tertulis di banyak artikel dan sering menjadi bahan pidato adalah mensyukuri nikmat Kemerdekaan yang diberikan Allah SWT lewat para Pahlawan yang telah gigih berjuang mengorbankan jiwa, raga, harta benda demi satu tujuan yaitu Kemerdekaan.
Bayangkan selama 350 tahun dijajah Belanda, sudah berapa generasi yang melewati masa itu, seolah penjajahan adalah takdir yang harus dihadapi oleh setiap bayi yang lahir di muka bumi Indonesia..
Tidak ada yang bisa menentang kekuasaan Belanda, setiap ada perlawanan maka diciptakan pula strategi perang untuk bisa menaklukkannya, seperti yang kita kenal dalam sejarah, politik devide et impera (sapa yang masih ingat.?) yaitu politik adu domba,. 
Pada tahun 1942, akhirnya Jepang menggantikan kedudukan Belanda setelah menang telak Perang di Asia Pasifik, meski hanya menjajah 3,5 tahun namun Jepang terkenal kejam dan bengis.
Dan semua tentu tahu proses Kemerdekaan dimulai..
Ya...dari Status Quo setelah Hiroshima dan Nagasaki di bom atom, kemudian bla....bla...blaaa.... 
Belajar sejarah sebenarnya mengasyikkan, banyak ilmu yang dapat kita ambil, banyak hikmah yang dapat kita pelajari, namun untuk sebagian orang, "Hari gini Sejarah.?" Capek Deh" sambil alisnya berkernyit dan mulutnya ngomel, komat-kamit kayak mbah dukun baca mantera hehehe...

Nah..masihkah semangat para Pahlawan itu terus membara dalam dada kita.? itu pertanyaan yang penting dan mendasar,.
Peperangan membutuhkan tenaga dan biaya, sudah pasti nyawa pun akan menjadi taruhan, andai saja kita tidak mengisi Kemerdekaan dengan baik dan benar maka suatu saat Kemerdekaan itu akan hilang dari Indonesia, sungguh menyedihkan kembali ke masa penuh kesulitan, penuh penderitaan.
Negara Timur Tengah saat ini tengah bergejolak peperangan, entah karena apa, tidak akan kita bahas, yang jelas setiap hari banyak yang tewas, karena tertembak, karena bom, karena disiksa, dibunuh, demikian juga para wanitanya, dijadikan budak.
Dengan nalar yang masih waras,? pernah kah terfikir hal itu akan terjadi di Indonesia, semoga tidak, semoga Allah memberikan rasa aman, rasa tentram dan ketenangan di negeri ini.
Bagaimana orangtua kita, sanak famili dan anak istri jikalau itu terjadi.?
Saat ini, anak kita di sakiti temannya saja kita akan marah, malah menantang bapak dari si anak,hmm...
Orangtua kita diserempet, atau dipalak preman, tentu kita akan bela mati-matian, cari preman itu dan "diadili"
Istri kita bertengkar dengan istri tetangga, dengan gagah berani kita samperin, lagi-lagi demi orang-orang yang kita sayangi..
Andaikan perang berlangsung,.apa yang terjadi.?
Orangtua, anak istri bisa menjadi sasaran tembak, bisa diculik, diperbudak..

Demikianlah penderitaan yang dialami oleh kakek nenek buyut kita, saat berjuang menghadapi penjajah, menghadapi kedzaliman selama berabad-abad.

Menurut John F Kennedy "Jangan tanyakan apa yang telah negara ini berikan kepadamu tetapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan kepada negara ini.?

Kurang apa negara berikan dukungan kepada kita (read:Polisi).?
Terus sudah ngapain saja selama ini.?
Pertanyaan yang basi, namun selalu tak mampu dijawab dengan tegas.
Andaikata gaji di stop, masihkah kita pertahankan seragam ini.?
Andaikata biaya operasional di stop, masihkan kita menjalankan tugas ini.?
Dan banyak pertanyaan lain yang sekali lagi tak mungkin mampu dijawab dengan tegas.

Kenapa masih banyak pelanggaran disiplin.?
Kenapa masih banyak yang melanggar pidana.?
Kenapa masih ada juga yang DPO.?

Marilah kita hitung sebentar penghasilan seorang Polisi dari pangkat terendah..
Bharada ting..ting..belum punya istri di gaji sekitar Rp. 3 jutaan
Bharada saat ini mendapat tunjangan kinerja Rp. 900an
Di Gegana ada kemampuan Brevet dengan nominal terendah Para Dasar yakni Rp. 60.000,- perbulan
Jadi kita hitung total adalah Rp. 4 Jutaan Lebih
Belum lagi yang berada di Detasemen tertentu yang operasional didukung oleh anggaran DIPA..hmmm..apa gak moncer lagi
Dan saat ini hampir 70% tinggal di Asrama, alias Gratisssss...tissssssss (sisanya punya rumah sendiri dan beberapa masih ngontrak karena alasan tertentu...)
Itu adalah pangkat terendah,.jadi Nikmat mana lagi yang kamu dustakan.?
Negara sudah mendukung dengan baik, telah memberikan kesejahteraan yang lumayan..

Tapi dasar manusia, ada saja yang membuatnya selalu saja merasa kekurangan..

"Bukankah Allah berfirman “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur: 1-2)

"Dan Rasulullah juga bersabda “Jika anak Adam memiliki satu lembah emas dia akan mencari agar menjadi dua lembah dan tidak ada yang akan menutup mulutnya melainkan tanah. Dan Allah menerima taubat orang yang bertaubat.”
(Al-Bukhari Muslim)

"Dirgahayu Republik Indonesia...

Semoga Allah selalu memberikan rahmatNya kepada bangsa Indonesia,.
Semoga Keadilan dan Kemakmuran selalu hadir di setiap helaan nafas Indonesiaku..

Jayalah Selalu Indonesiaku..

Monday 11 July 2016

Amalan di Bulan Syawal


Di saat bulan Ramadhan telah usai, ada sebuah harapan yang tentu menjadi keinginan setiap hamba yang telah menjalani bulan ramadhan dengan penuh kesungguhan dalam beribadah, yaitu mendapatkan maghfirah dari Allah -Azza Wajalla- , sehingga  terbebas dari segala dosa yang pernah ia lakukan, baik dosa kecil maupun dosa besar.

Sebab, jika dosa tidak juga terampuni, sungguh merupakan sebuah kerugian yang besar. Rasulullah -Shallallahu Alaihi Wasallam- bersabda:
“Sungguh merugi seseorang yang mendapati bulan Ramadhan, lalu ia keluar darinya sebelum ia diampuni (dosa-dosanya).”
(HR.
Tirmidzi dari Abu Hurairah -)


Setelah kita memasuki bulan Syawal, termasuk di antara amalan sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah kepada umatnya adalah berpuasa 6 hari di bulan tersebut. Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu menyambungnya dengan enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti orang yang berpuasa sepanjang setahun.”
(HR.
Muslim dari Abu Ayyub Al-Anshari )


Disebutkan dalam riwayat lain tambahan lafazh:
“Allah menjadikan satu kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan, satu bulan sama dengan sepuluh bulan, dan (berpuasa) enam hari setelah berbuka adalah penyempurna setahun.”
(HR.
Ibnu Majah, Ad-Darimi, At-Thahawi, dan yang lainnya. lafazh hadits ini berdasarkan riwayat At-Thahawi. lihat kitab Irwa Al-Ghalil,karya Al-Albani: 4, hadits nomor:950)
Berkata Ibnu Qudamah : “berpuasa enam hari di bulan Syawal merupakan amalan yang disukai menurut pendapat mayoritas para ulama.”
(
al-mughni:4/438)

Haram Berpuasa di Hari Raya

Pada tanggal satu Syawal, diharamkan bagi seorang muslim untuk berpuasa disebabkan karena hari tersebut merupakan hari raya, hari makan dan minum. Telah diriwayatkan dari Abu Ubaid Maula Bin Azhar berkata: “Aku menyaksikan hari raya bersama Umar bin Khattab  lalu Beliau berkata: dua hari ini adalah hari di mana Rasulullah  melarang berpuasa pada keduanya: hari kalian berbuka dari puasa kalian, dan hari yang kedua di saat kalian makan dari sembelihan kalian.”
(
Muttafaq alaihi)


Juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadits Abu Said Al-Khudri  bahwa beliau berkata: Rasulullah  melarang berpuasa pada hari raya Idul Fitri dan hari raya kurban.”
Berkata Al-hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-syafi-i : hadits ini menunjukkan diharamkannya berpuasa pada dua hari raya, sama saja apakah itu puasa nazar, kaffarah, sunnah, puasa qadha dan tamattu’, dan ini berdasarkan ijma’ ulama.”
(
Fathul Bari: 4/281)


Maka jika anda hendak berpuasa syawal, hendaknya dimulai dari tanggal dua Syawal, dan seterusnya.

Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan?

Berpuasa enam hari di bulan Syawal, tidak disyaratkan harus dilakukan secara berurutan, namun diperbolehkan dilakukan kapan saja dari hari- hari di bulan Syawal. Namun jika dia melakukannya secara berurutan, maka tentu hal ini lebih baik.

Berkata An-Nawawi  : “para ulama berkata: disukai melakukan puasa tersebut secara berurutan, di permulaan bulan Syawal. Namun jika melakukannya tanpa berurutan dan mengakhirkannya, hal tersebut diperbolehkan, dan dia telah melakukan sunnah ini, berdasarkan keumuman hadits.
(
Al-majmu‘, syarhul muhadzdzab: 6/427)


Berkata pula Syaikh Bin Baaz  : ” diperbolehkan melakukannya secara berurutan dan secara terpisah, sebab Rasulullah menyebutkannya secara mutlak tanpa penjelasan berurutan ataupun terpisah.”
(
Majmu’ Fatawa ibn Baaz: 15/391)



Hukum Puasa Syawal Bagi Yang Punya Hutang Puasa Ramadhan

Bagi seseorang yang memiliki hutang puasa di bulan Ramadhan, hendaknya ia menyempurnakan qadha’ puasa Ramadhannya terlebih dahulu sebelum ia berpuasa sunnah enam hari di bulan Syawal, sebab Rasulullah  mengatakan “barangsiapa yang berpuasa Ramadhan…”, nampak bahwa yang dimaksud adalah menyempurnakan puasa Ramadhan, dan dikuatkan lagi dengan penjelasan bahwa satu kebaikan senilai sepuluh kebaikan, yang jika dihitung seluruhnya akan mencapai setahun, hal itu hanya mungkin bila seseorang berpuasa sebulan penuh.

Berkata Al-Haitami :
“…sebab puasa tersebut (puasa enam hari di bulan Syawal,pent) bersama dengan puasa Ramadhan, sebab jika tidak, maka tidak terdapat keutamaan tersebut, meskipun ia memiliki hutang puasa karena ada udzur).” (
Tuhfatul Muhtaj: 3/457)


Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin :
“Berpuasa enam hari di bulan Syawal tidak akan diraih pahalanya kecuali apabila seseorang telah menyempurnakan puasa bulan Ramadhan. Maka barangsiapa yang memiliki hutang puasa, jangan dia berpuasa enam hari di bulan Syawal kecuali setelah meng- qadha puasa Ramadhan, sebab Rasulullah
  mengatakan:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu menyertakannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal….”
Oleh karenanya, kami mengatakan kepada yang memiliki hutang puasa: puasa qadha’- lah terlebih dahulu, lalu setelah itu berpuasa enam hari di bulan Syawal. “
(
Fatawa Ibnu Utsaimin: 20/18)
Semoga Allah -Azza Wajalla- memberi kemudahan kepada kita semua untuk bisa mengamalkannya dengan penuh keikhlasan, dan mengharapkan ridha Allah -Azza Wajalla- .

Ditulis oleh:
Abu Muawiyah Askari bin Jamal
Makkah Al-Mukarramah, kamis 28 ramadhan 1433 H.

Wednesday 29 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 11

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid agung di kota itu. Ia berwudhu dan melakukan shalat Zuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. 

Ia mengumpulkan dedaunan yang terlihat berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak ada satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersikan halaman masjid dengan cara itu. 

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Hingga suatu hari pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan yang ada sebelum perempuan itu datang. 
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai shalat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan sebab mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. 

Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya." Singkat cerita nenek itu dibiarkan untuk mengumpulkan dedaunan seperti biasa. 

Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu, mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. 
Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat; pertama, hanya kiai yang boleh mengetahuinya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. 

Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan anda dapat mendengarkan rahasia itu. "Saya ini perempuan bodoh, pak kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya ini tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat dari Nabi Muhammad. Setiap kali saya memungut selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membaca shalawat kepadanya."


Friday 24 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 10

Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu. akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya. Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah yang telah dimakannya.

Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, “Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya“. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya”. Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini.”

Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam”. Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata,” Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?” Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, “Apa syarat itu tuan ?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !”

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, “Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?” Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!”

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai istri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !”

Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul ‘alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala“.

Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam ,”Assalamu’alaikum…” Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya. Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini.

“Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ? Setelah Tsabit duduk di samping istrinya, dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa ?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah“.

Tsabit bertanya lagi, “Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?”
Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan ?” ungkap istrinya sebaliknya.
Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala“.

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, “Ketika kulihat wajahnya… Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”. Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia. Maka..Dialah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.

Thursday 23 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 9

Pada suatu hari, serombongan fakir miskin dari sahabat Muhajirin datang mengeluh kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua pahala hingga tingkatan yang paling tinggi sekalipun.”

Nabi SAW bertanya, "Mengapa engkau berkata demikian?" Lalu, meraka pun berujar, "Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, tapi giliran saat mereka bersedekah, kami tidak kuasa melakukan amalan seperti mereka. Mereka memerdekakan budak sahaya sedangkan kami tidak memiliki kemampuan melakukan itu."

Setelah mendengar keluhan orang fakir tadi, Rasulullah SAW tersenyum lantas berusaha menghibur sang fakir dengan sebuah hadis motivasi. Dengan sabdanya, Rasulullah SAW berusaha membesarkan hati mereka. "Wahai sahabatku, sukakah aku ajarkan kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorang pun yang lebih utama dari kamu kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu?"

Dengan sangat antusias, mereka pun menjawab, "Baiklah, ya Rasulullah." Kemudian, Nabi SAW bersabda, "Bacalah 'subhanallah', 'Allahu akbar', dan 'alhamdulillah' setiap selesai shalat masing-masing 33 kali." Setelah menerima wasiat Rasulullah SAW, mereka pun pulang untuk mengamalkannya.

Tak lama berselang, setelah beberapa hari berlalu, para fakir miskin itu kembali menyampaikan keluhannya kepada Rasulullah SAW. "Ya Rasulullah, saudara-saudara kami orang kaya itu mendengar perbuatan kami, lalu mereka serentak berbuat sebagaimana perbuatan kami." Maka, Nabi SAW bersabda, "Itulah karunia Allah SWT yang diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki." (QS an-Nur [24]: 38).

Sungguh agung perilaku si miskin dan si kaya yang kita dapati dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim di atas. Keduanya memiliki sifat yang begitu mulia, saling berlomba-lomba dalam setiap kebaikan.

Si kaya yang beruntung dengan dikaruniai limpahan rezeki tidak menjadikannya bak si Qorun yang takabur dan bakhil. Ia sadar betul semua itu hanyalah titipan dari Allah SWT yang mesti digunakan di jalan yang semata-mata hanya untuk mencari keridhaan-Nya. Kekayaan tidak menjadikannya lupa daratan, tapi menyadarkannya untuk lebih bederma karena di dalamnya begitu banyak hak orang lain yang mesti ditunaikan.

Begitu pula dengan potret si miskin yang tidak mau kalah beramal. Ia selalui mencari solusi untuk bersaing secara sehat untuk mencari keunggulan dalam beribadah, sadar akan ketidakberuntungan materi tidak menjadikannya patah arang untuk memberikan pengabdian terbaik bagi Allah SWT.

Menjadi kaya atau miskin tentu membutuhkan mental untuk menerima kenyataan. Namun, yang terpenting adalah kesiapan untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Allah SWT setelah diberi ketentuan satu di antara keduanya.

Wednesday 22 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 8

Seselesainya dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,

Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya wanita adalah aurat, maka jika dia keluar (rumah) Syaithan akan mengikutinya (menghiasainya agar menjadi fitnah bagi laki-laki), dan keadaanya yang paling dekat dengan Rabbnya (Allah Azza wa Jalla) adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. [HR Ibnu Khuzaimah (no. 1685), Ibnu Hibban (no. 5599) dan at-Thabrani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 2890), dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban]

Tabarruj akan membawa laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan ada di akhir umatku (nanti) wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, di atas kepala mereka (ada perhiasan) seperti punuk unta, laknatlah mereka karena (memang) mereka itu terlaknat (dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala)” [HR ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamush shagiir” (hal. 232) dinyatakan shahih sanadnya dalam kitab “ilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 125).

Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” (QS. al-Ahzaab:33)

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. al-Ahzaab: 59)

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh Syaitan sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu (Adam dan Hawa) dari Surga, dia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya” (QS. al a’raf : 27)

Tuesday 21 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 7

Tak terasa sudah hari ke-16 berpuasa, Alhamdulillah
Sudah menghitung-hitung amalkah bapak ibu sekalian.?
Sudah berapa rupiah disedekahkan.?
Sudah berapa liter beras di belanjakan untuk amalan.?
Sudah berapa rekaat shalat ditunaikan.?
Sudah berapa Ayat Al-Qur'an dilantunkan.?
Sudah berapa ribu langkah menuju jalan kebaikan.?
Sudah berapa orang yang dimaafkan atas semua kesalahan.?
Sudah berapa kali taubat untuk menuju kesucian.?
Dan sudahkah kata dan perbuatan kita saling beterkaitan.?
Atau semua berlalu begitu saja.?
Tidak ada istemewanya.?
Tidak ada bedanya.?
Tidak ada apa-apa.?
Hmmm...boleh, boleh, boleh aja
Namun sesal kemudian tentu tiada guna..
Angan-angan mereka yang telah mati ialah kembali ke dunia meski sejenak untuk menjadi orang shalih. Mereka ingin taat kepada Allah, dan memperbaiki segala kerusakan yang dahulu mereka perbuat.
“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. (QS. Al-Mukminun:99)

Saat ini andai kita tidak taat kepada Pimpinan tentu akan terkena sanksi atau hukuman, bisa teguran lisan, tindakan fisik, sidang disiplin, kode etik bahkan bisa berupa pemecatan.
Nah,,bagaimana yang membangkang pada perintah Allah, sang Maha Pencipta, Maha segala-galanya,,apa kita akan dibiarkan begitu saja.? Enak dong kalau gitu hehehe.. Manusia saja punya aturan apalagi Tuhan.,
"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang diletakkan dua buah bara api di bawah telapak kakinya, seketika otaknya mendidih." (Muttafaq 'Alaih, sebagian tambahan Al-Bukhari, "sebagaimana mendidihnya kuali dan periuk."

Kata dan perbuatan saling berkaitan, inilah yang sulit didapatkan saat ini..
Kisah inspiratif ini adalah contoh untuk mengukir kembali di dalam sanubari agar tidak hanya memberikan kata-kata, ceramah, kuliah, dakwah namun harus dibarengi dengan tindakan nyata.

Suatu hari beberapa budak datang kepada Hasan Al Basri, mengadukan praktek perbudakan yang telah membuat mereka menderita.
Mereka meminta agar Hasan Al Basri memberi nasehat dan menghimbau orang orang kaya supaya memerdekakan budak budaknya. Dengan begitu mereka berharap mendapatkan kebebasan. Hasan Al Basri pun berjanji untuk memenuhi permintaan mereka.

Pada khotbah Jumat pertama setelah itu, Hasan Al Basri tidak berkhutbah mengenai perbudakan. Jumat kedua dan ketiga pun berlalu tanpa menyinggung tema perbudakan dalam khutbahnya sebagaimana yang ia janjikan kepada mereka.

Pada Jumat keempat, barulah Hasan Al Basri berbicara dalam khutbahnya tentang pahala orang yang memerdekakan budaknya. Belum sampai waktu sore datang, mayoritas budak telah dibebaskan.

Tidak berapa lama kemudian, para budak mengunjunginya untuk mengucapkan terima kasih atas khutbahnya, namun mempersoalkan keterlambatannya menyampaikan tema ini hingga sebulan penuh.

Hasan Al Basri meminta maaf atas keterlambatan tersebut seraya berkata, “Yang membuat saya menunda pembicaraan ini adalah karena saya tidak memiliki budak dan saya tidak memiliki uang.

Saya menunggu sampai Allah mengaruniakan harta kepadaku, sehingga saya bisa membeli budak, lalu budak itu saya bebaskan. Kemudian barulah saya berbicara dalam khutbah, mengajak orang membebaskan budak. Allah pun memberkati ucapanku karena perbuatanku membenarkan ucapanku.”

Itulah buah dari keteladanan, keteladanan adalah cara berdakwah yang paling hemat karena tidak menguras energi dengan mengobral kata-kata, bahkan bahasa keteladanaan jauh lebih fasih dari bahasa perintah dan larangan,  “Lisaanul hal afshohu min lisaaanil maqaaal”, bahasa kerja lebih fasih dari bahasa kata-kata.

Dalam ungkapan lain keteladanan ibarat tonggak, dimana bayangan akan mengikuti secara alamiah sesuai dengan keaadaan tonggak tersebut, lurusnya, bengkoknya, miringnya, tegaknya dan lain sebagainya, “Kaifa yastaqqimudzdzhillu wal ‘uudu a’waj”, bagaimana bayangan akan lurus bila tonggaknya bengkok.

Monday 20 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 6

Dari Abu ‘Abdir Rahman, yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, katanya: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 Ada tiga orang dari orang-orang sebelum kalian berangkat bepergian. Suatu saat mereka terpaksa mereka mampir bermalam di suatu goa kemudian mereka pun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu dan mereka di dalamnya. Mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka semua dari batu besar tersebut kecuali jika mereka semua berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan amalan baik mereka.”

Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, aku mempunyai dua orang tua yang sudah sepuh dan lanjut usia. Dan aku tidak pernah memberi minum susu (di malam hari) kepada siapa pun sebelum memberi minum kepada keduanya. Aku lebih mendahulukan mereka berdua daripada keluarga dan budakku (hartaku). Kemudian pada suatu hari, aku mencari kayu di tempat yang jauh. Ketika aku pulang ternyata mereka berdua telah terlelap tidur. Aku pun memerah susu dan aku dapati mereka sudah tertidur pulas. Aku pun enggan memberikan minuman tersebut kepada keluarga atau pun budakku. Seterusnya aku menunggu hingga mereka bangun dan ternyata mereka barulah bangun ketika Shubuh, dan gelas minuman itu masih terus di tanganku. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka meminum minuman tersebut. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar  mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka sedikit, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, lantas orang yang lain pun berdo’a, “Ya Allah, dahulu ada puteri pamanku yang aku sangat menyukainya. Aku pun sangat menginginkannya. Namun ia menolak cintaku. Hingga berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku (karena sedang butuh uang). Aku pun memberinya 120 dinar. Namun pemberian itu dengan syarat ia mau tidur denganku (alias: berzina). Ia pun mau. Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, keluarlah dari lisannya, “Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang benar (maksudnya: barulah halal dengan nikah, bukan zina).” Aku pun langsung tercengang kaget dan pergi meninggalkannya padahal dialah yang paling kucintai. Aku pun meninggalkan emas (dinar) yang telah kuberikan untuknya. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka lagi, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa.

 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, lantas orang ketiga berdo’a, “Ya Allah, aku dahulu pernah mempekerjakan beberapa pegawai lantas aku memberikan gaji pada mereka. Namun ada satu yang tertinggal yang tidak aku beri. Malah uangnya aku kembangkan hingga menjadi harta melimpah. Suatu saat ia pun mendatangiku. Ia pun berkata padaku, “Wahai hamba Allah, bagaimana dengan upahku yang dulu?” Aku pun berkata padanya bahwa setiap yang ia lihat itulah hasil upahnya dahulu (yang telah dikembangkan), yaitu ada unta, sapi, kambing dan budak. Ia pun berkata, “Wahai hamba Allah, janganlah engkau bercanda.” Aku pun menjawab bahwa aku tidak sedang bercanda padanya. Aku lantas mengambil semua harta tersebut dan menyerahkan padanya tanpa tersisa sedikit pun. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini”. 
Lantas goa yang tertutup sebelumnya pun terbuka, mereka keluar dan berjalan. (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743)

Friday 17 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 5

Rasulullah telah menjelaskan bahwa orang-orang yang berbuat riya' dan orang-orang munafik, keduanya ialah golongan yang pertama kali akan berdiri menghadap Allah. Allah mengetahui mereka semua. Mereka semua akan dipanggil dengan 1 kali panggilan dan akan berdiri secara bersama-sama. Hal yang demikian itu tidaklah sulit bagi Allah.

Abu hurairah meriwayatkan,'Aku mendengar Rasulullah bersabda,
"Sungguh manusia yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat ialah seorang lelaki yang gugur mati syahid. Ia pun didatangkan, lalu ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmatnya dan ia pun mengetahuinya. 
Kemudian ditanyakan kepadanya,'apakah yanng telah engkau perbuat untuk mendapatkannya?' Ia menjawab,aku telah berperang karena-Mu hingga aku mati syahid. Allah berfirman,"Kamu bohong. Kamu berperang hanya agar dikatakan bahwa kamu ialah seorang pemberani, dan telah dikatakan seperti itu. Lantas ia pun dibawa dan diseret atas wajahnya lalu dilemparkan kedalam neraka.

Setelah itu seseorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya serta pandai membaca Al-Qur'an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat yang telah dijanjikan untuknya dan iapun mengetahuinya. Kemudian, dikatakan kepadanya,'apa yang telah kau lakukan untuk mendapatkannya?' Iapun menjawab, aku belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca alqur'an untuk-Mu'. Allah berfirman, kamu bohong. Kamu belajar ilmu hanya agar disebut orang alim, kamu membaca alqur'an hanya agar disebut Qori', dan semuanya telah dikatakan. Lantas, ia dibawa pergi dan diseret diatas mukanya sampai ia dilemparkan kedalam neraka.

Kemudian seseorang yang telah Allah luaskan rezekinya, Allah berikan kepadanya berbagai macam harta benda dan kekayaan. Iapun didatangkan dan diperlihatkan nikmat-nikmatnya dan iapun mengetahuinya. 
Kemudian ditanyakan,'apakah yang telah kau lakukan dengannya?' Ia menjawab,'aku tidak meninggalkan satu jalan kebaikan pun yang engkau sukai untuk berinfak didalamnya, kecuali aku infakkan hartaku padanya karena-Mu. Allah berfirman,'Kamu bohong'. Kamu melakukan hal itu hanya agar disebut sebagai orang yang dermawan, dan telah dikatakan seperti itu. Lantas, ia pun dibawa dan diseret dengan mukanya sampai dilemparkan kedalam neraka. HR.Muslim.

Thursday 16 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 4

Alkisah di zaman dahulu ada seorang ahli ibadah yang bernama Bashisha. Ia dikenal sebagai ahli ibadah yang tekun dan tidak mengenal lelah. Seluruh waktunya ia curahkan untuk beribadah kepada Allah. Dan memang hal ini dibenarkan oleh ajaran agamanya. Ia juga dikenal sebagai orang yang baik dan terpuji di masyarakatnya. Banyak sekali orang yang datang kepadanya untuk meminta petuah dan nasehat agar mereka terbebas dari kesusahan dan derita. Karena konon orang suci seperti Bashisha banyak mendapatkan karamah yang dapat digunakan untuk kebaikan bersama.

Namun Iblis adalah makhluk yang paling benci kepada orang yang melakukan ruku' dan sujud. Melihat hal itu hati Iblis mendidih panas. Segala upaya kemudian ia lakukan untuk menggoda sang ahli ibadah, tapi sang ahli ibadah tetap bertahan pada ketaatannya. Ia tetap melakukan ibadah siang dan malam.

Syahdan, pada suatu hari terdapat empat saudara yang tinggal tak jauh dari tempat tinggal Bashisha. Empat saudara itu terdiri dari tiga laki-laki dan satu perempuan. Suatu hari ketiga laki-laki tersebut mendapat panggilan untuk mengikuti jihad fi sabilillah (berperang di jalan Allah). Dan ketiganya merasa terpanggil untuk berangkat ke medan laga. Namun timbul persoalan bagaimana dengan adik perempuan mereka satu-satunya itu yang harus mereka tinggalkan?

Akhirnya tiga laki-laki ini sepakat untuk menitipkan saudara perempuan satu-satunya tersebut kapada ahli ibadah suci Bashisha. Kemudian mereka bertiga mendatangi Bashisha di rumahnya. Ketiganya lalu terlibat percakapan dengan sang ahli ibadah.

"Wahai ahli ibadah suci Bashisha, kami bertiga terpanggil untuk jihad fi sabilillah, tapi kami mempunyai satu saudara perempuan dan kami bermaksud menitipkannya kepada tuan ahli ibadah," pinta mereka. "Maaf saya tidak mampu. Tolong titipkan saja kepada orang lain," jawab sang ahli ibadah. "Kami  telah mencari orang di seluruh wilayah ini yang patut dan aman untuk menjaga saudari kami ini, dan pilihan kami tidak lain adalah tuan ahli ibadah, maka mohon jangan di tolak permintaan kami ini."

Awalnya ahli ibadah Bashisha amat berat menerima permohonan ini, tetapi dikarenakan iba dan rasa baik hatinya, dengan niat menolong orang lain, maka amanat itu pun diterima semampunya.

"Kalau begitu, permohonan kalian saya terima, dan wanita itu akan saya tempatkan dalam kuil kecil, disamping kuil saya. Mudah-mudahan terpelihara, karena tidak ada orang yang dapat masuk kuil itu tanpa seizin saya," jelas ahli ibadah. Mendengar permohonan mereka dikabulkan, senanglah hati ketiga pemuda tersebut. Dan dengan penuh kepercayaan akan jaminan rasa aman, mereka pun bergegas pulang untuk membawa sang adik menghadap ahli ibadah Bashisha.

Awalnya, Bashisha memang tidak mempunyai perasaan apa-apa kecuali keikhlasan untuk menolong saja. Ia pun tetap menjalankan rutinitas ibadahnya dengan tekun sambil menjaga wanita itu. Bashisha senantiasa manjaga dan mangawasi wanita itu dari dalam rumahnya. Sementara si perermpuan ditempatkan di kuil kecil yang letaknya berdekatan dengan kuilnya.

Iblis mulai mencium keadaan ini dan seolah mempunyai semangat kembali untuk menjebak Bashisha. Iblis mulai melancarkan aksinya. Akan tetapi segala bujuk dan rayunya tersebut untuk sementara dapat ditangkis oleh Bashisha dengan penolakan superaktif, sehinggah Iblis tambah jengkel dan kewalahan.

Tetapi memang telah menjadi sifat Iblis pantang menyerah, karena mereka adalah jenis makhluk yang cukup lihai melakukan serangan dari berbagai arah dengan menggunakan beribu jurus. Kali ini mereka datang dengan membujuk ahli ibadah bukan dengan cara mengajak lagsung, akan tetapi dengan bujukan halus yang seolah menunjukan kepada ahli ibadah tentang rasa tanggungjawab yang besar setelah di beri amanah. Iblis terus-menerus membisikan mantra-mantra bujuk rayunya ke dalam dada ahli ibadah.

Iblis        :"Bukankah ahli ibadah ini orang yang diberikan amanat, masa sudah   sekian hari belum melihat wanita itu?"
Ahli ibadah:"Ah, dia kan wanita? saya tidak boleh melihatnya."
Iblis     :"Melihat yang dimaksud bukan dengan syahwat, tetapi melihat keadaan gadis tersebut. Masa dititipi kok mengabaikan begitu saja?"
Ahli ibadah :"Benar, saya harus bertanggungjawab. Saya harus melihat keadaannya, layak atau tidakkah tempat itu untuk dia?"
Iblis   : "Memang orang yang memegang amanah harus tahu keadaan sesuatu yang diamanatkan kepadanya. Ia tinggal di posisi mana? Bagaimana tempat tidurnya layak atau tidakkah buatnya, dan lain-lain."

Bujukan Iblis mulai memenuhi rongga dada sang ahli ibadah, dan tanpa sadar Bashisha mulai meninggalkan kuilnya dan pergi untuk melihat kuil kecil, di mana terdapat wanita yang dititipkan oleh para saudaranya kepada ahli ibadah itu.

Dag dig dug.... hati ahli ibadah pun berdegub kencang, manakala semakin mendekati kuil kecil itu. Setelah sampai di depan kuil, Sang ahli ibadah kemudian mengetuk pintu. Tok...tok...tok... suara pintu diketuk oleh sang ahli ibadah. Pintu lalu di buka oleh sang wanita yang ada di dalam. ketika pintu terbuka, kedua pasang mata tanpa sadar saling bertabrakan.
Aneh, sejak peristiwa itu terjadi ahli ibadah Bashisha menjadi sulit untuk melupakan wajah sang wanita. Memang saat itu ia dengan cepat meninggalkan kuil kecil tersebut, dengan maksud untuk menghindari bertatapan lama dengan wanita itu.

Namun Iblis memang makhluk yang super licik, Ia kemudian menghembuskan terus-menerus di kepala Bashisha tentang kecantikan dan kemolekan gadis yang baru saja dilihatnya. Angan-angan ahli ibadah Bashisha melambung tinggi, Sehingga setiap malam ia menjadi sulit memejamkan mata. Dia sulit tidur bukan karena berdoa atau berzikir kapada allah SWT, namun dikarenakan membayangkan wajah sang gadis yang cantik dan tidak dapat dia lupakan.

"Ha...ha....ha..., Iblis mulai berteriak gembira, karena merasa mulai ada celah untuk menggoda ahli ibadah yang dahulu sangat taat beribadah. Lantas Iblis pun berbisik kembali ke hati Bashisha, "Hai ahli ibadah, bukankah engkau orang yang diamanati untuk menjaga wanita itu. Tentunya engkau harus dapat menghiburnya, ajaklah dia bercakap-cakap, jika perlu engkau harus tahu apa selera makanannya agar engkau dapat menyajikan yang terbaik untuknya, ingat Bashisha.., ini Amanat he...he..."

Dengan mudah bujukan halus itu diterima kembali oleh Bashisha. Bahkan pedeta merasa tidak dibujuk, tapi solah merasa diingatkan akan tanggungjawab dan amanat yang dipikulnya. Lalu setelah melihat usahanya tidak sia-sia, Iblis terus menyusun tahap-tahap bujukan selanjutnya.

Ahli ibadah jadi semakin sering bertemu dengan wanita itu. karena sering bertemu dan bercakap-cakap, Pandangan mata itu pun turun ke hati, dan lantas ..... ke farji. Hawa nafsu telah benar-benar merasuki kedua umat manusia tersebut, sampai pada akhirnya keduanya berbuat zina. Wanita itu pun lalu mengandung dan melahirkan anak.

Apakah sampai disini saja? Ternyata tidak. Iblis akan terus menjerumuskan manusia sampai kesucian manusia itu betul-betul hancur. Kemudian Iblis yang telah menguasai diri Bashisha memberi gambaran dan perasaan takut pada Bashisha  bahwa apabila perbuatannya itu diketahui orang dan jika  ketiga pemuda itu datang mengambil saudara perempuanya, wanita itu kini telah melahirkan seorang bayi. Perasaan takut ini terus merongrong sang ahli ibadah.

Sang ahli ibadah menjadi bingung, Sehingga dengan mudah Iblis memasukan pikiran jahatnya. Ahli ibadah Bashisha dibujuk untuk mengambil jalan pintas, " Bunuh saja wanita itu!" Demikian perintah Iblis kapadanya. Bahkan Iblis telah menyiapkan argumen untuknya apabila ketiga pemuda tersebut menanyakan saudaranya. "Katakan saja kepada mereka bahwa Wanita itu telah mati. Bukankah kau orang yang dapat dipercaya? pasti mereka akan mempercayainya!"

Tanpa pikir panjang sang ahli ibadah melaksanakan apa yang telah direncanakan Iblis tersebut. Dia pun membunuh perempuan itu beserta bayinya. Lantas mayatnya dikubur dalan satu lubang yang ditutup dengan batu. Untuk sesaat ahli ibadah tersebut merasa lega.

Dugaan sang ahli ibadah ternyata benar. Setelah jihad fi sabilillah usai. Ketiga pemuda tersebut menghadap ahli ibadah untuk mengambil amanat yang dititipkan padanya. Namun dengan berpura-pura menangis sedih, ahli ibadah menjawab bahwa perempuan yang dititipkan itu telah mati menghadap Allah SWT. Ketiga pemuda itu percaya saja dengan cerita sang ahli ibadah. Mereka pun ikut menangis sejadi-jadinya, dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Ketiga pemuda itu pulang dengan perasaan sangat sedih. Karena dirundung kesedihan, dalam perjalanan pulang ketiga pemuda tersebut tidak bercakap-cakap satu sama lain. Mereka semua terdiam dan larut dalam perasaan sedih dan bersalah yang amat sangat.

Sesampainya di rumah, ketiga pemuda itu tidur di tempat yang berlainan, tapi masih dalam satu rumah. Mereka masih saling membisu. Belum ada percakapan dan komunikasi antara mereka. Tiba-tiba salah seorang dari mereka terbangun dari tidur, Karena dia bermimpi bahwa saudara perempuan mereka mati karena dibunuh oleh sang ahli ibadah dan dikuburkan di lubang yang berada di dekat kuil.

Dia lalu menceritakan mimpinya kepada salah satu saudaranya. Namun aneh, saudaranya juga mengalami mimpi yang sama. Keanehan kembali terjadi ketika kedua saudara tersebut bercerita pada saudaranya yang lain. Ternyata dia pun mengalami mimpi yang sama, yaitu adiknya dibunuh oleh sang ahli ibadah dan jasadnya dikubur di dekat kuil.

Ketiga pemuda tersebut sepakat untuk kembali ke rumah ahli ibadah dan langsung menuju ke lubang yang dicurigai sesuai petunjuk mimpi mereka. Dan ketika batu yang menjadi tutup lubang tersebut mereka buka bersama. Terlihat jasad wanita itu beserta bayinya sudah dalam keadaan tidak bernyawa dan mengenaskan, isyarat mimpi mereka ternyata benar.

Karena dibakar oleh kemarahan dan dendam mereka pun lalu mencari sang ahli ibadah. Bashisha yang kedoknya telah terbongkar menjadi bingung dan berusaha kabur. Dalam puncak kebingungan dan kondisi terdesak ini sebetulnya Bashisha ingin bertaubat dan mengakhiri perbuatan dosanya. Dia pun berusaha kembali beribadah dan mohon ampunan.

Namun dasar Iblis, ia adalah makhluk yang licik yang mempunyai beribu jurus dan cara. Ia terus saja merongrong doa dan ibadah Bashisha yang tidak lagi khusyuk. Dalam kondisi terdesak seperti itu, Iblis dengan mudah membisikkan sesuatu ke hati Bashisha yang bingung.

Iblis        :"Maukah engkau aku selamatkan?"
Bashisha :"Mau, dan imbalan apa saja aku bersedia menebusnya."
Iblis        :"Apakah engkau mau bersujud dan menyembahku?"
Bashisha : "Mau, asal aku selamat!!"

Bashisha pun menuruti semua perintah Iblis yang meminta untuk menyembahnya. Bashisha yang dulu menyembah Allah, jadilah kini sebagai seorang penyembah Thagut.

Melihat kondisi Bashisha yang tak berdaya itu, Iblis dengan bangga berteriak, "Ha..ha..ha.., disinilah keistimewaanku yang luar biasa. Penyembah Allah yang setia itu bisa berubah dan dia kini menjadi tuduk dan sujud sebagai penyembahku..!!"

Kisah tersebut menunjukan bagaimana liciknya Iblis dalam menggoda orang yang dianggap suci melalui beberapa tahapan yang memang sudah dipersiapkan. Iblis pun berhasil membujuk seorang ahli ibadah yang semula sangat taat pada Allah kemudian berbalik melakukan serentetan tindak kejahatan yang dilarang Allah. Hingga akhirnya dia meninggalkan Allah sebagai sesembahannya dan berpaling kepada Iblis.