Welcome to Staf Perencanaan Satuan I Gegana, Jalan Komjen M Jasin Kelapadua Depok 16451 Contact (021) 8712666 Email rengegana@gmail.com

Tuesday, 21 June 2016

Kisah Inspiratif Ramadhan 7

Tak terasa sudah hari ke-16 berpuasa, Alhamdulillah
Sudah menghitung-hitung amalkah bapak ibu sekalian.?
Sudah berapa rupiah disedekahkan.?
Sudah berapa liter beras di belanjakan untuk amalan.?
Sudah berapa rekaat shalat ditunaikan.?
Sudah berapa Ayat Al-Qur'an dilantunkan.?
Sudah berapa ribu langkah menuju jalan kebaikan.?
Sudah berapa orang yang dimaafkan atas semua kesalahan.?
Sudah berapa kali taubat untuk menuju kesucian.?
Dan sudahkah kata dan perbuatan kita saling beterkaitan.?
Atau semua berlalu begitu saja.?
Tidak ada istemewanya.?
Tidak ada bedanya.?
Tidak ada apa-apa.?
Hmmm...boleh, boleh, boleh aja
Namun sesal kemudian tentu tiada guna..
Angan-angan mereka yang telah mati ialah kembali ke dunia meski sejenak untuk menjadi orang shalih. Mereka ingin taat kepada Allah, dan memperbaiki segala kerusakan yang dahulu mereka perbuat.
“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. (QS. Al-Mukminun:99)

Saat ini andai kita tidak taat kepada Pimpinan tentu akan terkena sanksi atau hukuman, bisa teguran lisan, tindakan fisik, sidang disiplin, kode etik bahkan bisa berupa pemecatan.
Nah,,bagaimana yang membangkang pada perintah Allah, sang Maha Pencipta, Maha segala-galanya,,apa kita akan dibiarkan begitu saja.? Enak dong kalau gitu hehehe.. Manusia saja punya aturan apalagi Tuhan.,
"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang diletakkan dua buah bara api di bawah telapak kakinya, seketika otaknya mendidih." (Muttafaq 'Alaih, sebagian tambahan Al-Bukhari, "sebagaimana mendidihnya kuali dan periuk."

Kata dan perbuatan saling berkaitan, inilah yang sulit didapatkan saat ini..
Kisah inspiratif ini adalah contoh untuk mengukir kembali di dalam sanubari agar tidak hanya memberikan kata-kata, ceramah, kuliah, dakwah namun harus dibarengi dengan tindakan nyata.

Suatu hari beberapa budak datang kepada Hasan Al Basri, mengadukan praktek perbudakan yang telah membuat mereka menderita.
Mereka meminta agar Hasan Al Basri memberi nasehat dan menghimbau orang orang kaya supaya memerdekakan budak budaknya. Dengan begitu mereka berharap mendapatkan kebebasan. Hasan Al Basri pun berjanji untuk memenuhi permintaan mereka.

Pada khotbah Jumat pertama setelah itu, Hasan Al Basri tidak berkhutbah mengenai perbudakan. Jumat kedua dan ketiga pun berlalu tanpa menyinggung tema perbudakan dalam khutbahnya sebagaimana yang ia janjikan kepada mereka.

Pada Jumat keempat, barulah Hasan Al Basri berbicara dalam khutbahnya tentang pahala orang yang memerdekakan budaknya. Belum sampai waktu sore datang, mayoritas budak telah dibebaskan.

Tidak berapa lama kemudian, para budak mengunjunginya untuk mengucapkan terima kasih atas khutbahnya, namun mempersoalkan keterlambatannya menyampaikan tema ini hingga sebulan penuh.

Hasan Al Basri meminta maaf atas keterlambatan tersebut seraya berkata, “Yang membuat saya menunda pembicaraan ini adalah karena saya tidak memiliki budak dan saya tidak memiliki uang.

Saya menunggu sampai Allah mengaruniakan harta kepadaku, sehingga saya bisa membeli budak, lalu budak itu saya bebaskan. Kemudian barulah saya berbicara dalam khutbah, mengajak orang membebaskan budak. Allah pun memberkati ucapanku karena perbuatanku membenarkan ucapanku.”

Itulah buah dari keteladanan, keteladanan adalah cara berdakwah yang paling hemat karena tidak menguras energi dengan mengobral kata-kata, bahkan bahasa keteladanaan jauh lebih fasih dari bahasa perintah dan larangan,  “Lisaanul hal afshohu min lisaaanil maqaaal”, bahasa kerja lebih fasih dari bahasa kata-kata.

Dalam ungkapan lain keteladanan ibarat tonggak, dimana bayangan akan mengikuti secara alamiah sesuai dengan keaadaan tonggak tersebut, lurusnya, bengkoknya, miringnya, tegaknya dan lain sebagainya, “Kaifa yastaqqimudzdzhillu wal ‘uudu a’waj”, bagaimana bayangan akan lurus bila tonggaknya bengkok.

No comments:

Post a Comment